AKSI NYATA MODUL 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kamis, 30 September 2021
3.1.a.10 Aksi Nyata
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran
“DILEMA ETIKA PEMBERIAN IJIN MEMBAWA HANDPHONE PADA SISWA DITENGAH DITERAPKANNYA ATURAN TIDAK BOLEH BAWA Handphone
Oleh :
Fourin Indhira Megapratiwi, M.Pd , CGP Angkatan 2 Kab. Lombok Barat
a.
Facts
1.
Latar Belakang tentang situasi yang
dihadapi
Kejadian ini melibatakan seorang murid saya
di kelas 9 B bernama Saka Urwiyanti yang menghubungi saya pada suatu malam terkait satu masalah
yang dimilki. Masalah yang disampaikan melalui chatting whattup kepada saya
berisi ungkapan kesedihan dan kegalauan hati Saka Urwiyanti, yang sampai kelas
9 dan hampir 3 bulan belajar di semester ganjil, belum memilki akun belajar id.
Hal ini membuat Saka tidak bisa bergabung belajar dalam classroom kelas 9 B
yang selama ini berlangsung, sehingga
Saka merasa kurang bersemangat belajar karena ada beberapa informasi yang
tidak bisa dia peroleh karena tidak bisa
bergabung ke google classroom semua mata pelajaran. Saka Urwiyanti termasuk
sswa dengan kemampuan diatas rata-rata dan memilki motivasi belajar yang cukup
tinggi, wajar jika Saka merasa galau karena tidak bisa belajar bersama dengan
rekan satu kelas sejak kelas 8. Melalui
komunikasi via Whattsapp, Saka menceritakan penyebab mengapa dia tidak dapat
bergabung dalm classroom selama kelas 8, ternyata sejak kelas 8 Saka tidak
memiliki akun belajar seperti rekan yang lain.Telah beberapa kali usaha Saka untuk
mendapatkan akun belajar namun belum berhasil juga, hingga selama kelas 8 Saka
belajar jarak jauh hanya mengandalkan media whattsapp dari setiap guru mata
pelajaran. Hingga sampai saat ini Saka telah menempuh Pendidikan di kelas 9,
Dia tetap belum memilki akun belajar, hingga belum bisa bergabung belajar
melalaui classroom, termasuk dalam mata pelajaran IPA yang saya ampu. Hal
tersebut menimbulkan tanda tanya dan keprihatinan pada diri saya selaku guru
mata pelajaran, sehingga berinisiatif untuk mencari tahu penyebab masalah ini
terjadi. Dialog melalui whattsap anatara saya dengan Saka berlanjut untuk
menggali beberapa informasi melalui pertanyaan yang saya ajukan kepada Saka.
Saya menanyakan, mengapa selama satu tahun dikelas 8 dia sampai tidak memliki akun
belajar seperti anak yang lain? Apakah maslaha tersebut sudah dibicarakan
dengna ibu/bapak wali kelas saat kelas 8? Apa usaha yang sudah dilakukan Saka
untuk mendapatkan akun belajar tersebut selama ada di kelas ? Siapa yang
membantu Saka dalam mengupayakan tersedianya akun belajar selama ini? Bagaimana
Saka meneyelesaikan penugasan yang diberikan guru jika tidak bisa bergabung di
classroom karena belum memilki akun belajar ? dan banyak lagi pertanyaaan
lainnya. Hingga akhirnya saya dapat informasi penyebab Saka tidak memperoleh
akun belajar. Karena saat it dialog terjadi malam hari, saya meminta Saka untuk
melanjutkan pembicaraan esok harinya
secara langsung di sekolah. Saya juga mengatakan bahwa saya akan coba bantu Saka untuk menemukan solusi dari masalah
yang dihadapi.
Keesokan harinya, saya meiliki
jadwal mengajar dikelas 9 B yang merupakan kelas Saka. Pembelajaran berjalan
seperti biasa, hingga saat Saka maju kedepan dan berbicara kepada saya sambal
menanyakan solusi atas maslaha yang semalam dia ceritakan kepada saya. Ternyata
saat itu Saka telah langsung membawa handphone nya dengan tujuan agar bisa
segera mendapatkan akun belajar melalui bantuan saya. LAngsung saja kondisi ini
membuat gaduh kelas saya, karena para murid lain yang melihat Saka membawa Hp
sementara ada larangan dari pihak sekolah membuat Saka mendapat teguran dan
teriakan dari beberapa murid di kelas. Melihat sistuasi ini, saya segera
mengambil inisiatif utnuk menetralkan suasana dengan mengatakan kepada semua
siswa bahwa Saka membawa HP karena saya yang minta terkait ada masalah dengan
akun belajar yang belum dimilki Saka. Mendengar penjelasan saya, akhirnya para
murid memahami dan berhenti mengajukan protes kepada Saka.Hal ini sejenak
menjadi dilemma etika bagi saya, arena saat itu di sekolah sedang diterapkan
larangan membawa handphone seperti sebelumnya, namun saya memang membutuhkan
handphone tersebut untuk membantu Saka mendapatkan akun belajar dan segera
melakuka aktivasi untuk bisa segera digunakan untuk belajar. Saya harus dengan
teliti menyelesaikn persoalan ini, agar murid yang lain bisa menerima, Saka
tetap semangat belajar dan dapat segera bergabung dengan classroom setiap mata
pelajaran.
Gambar 1. Saka menceritakan kegundahan hatinya melalui
whattsapp
2. Alasan
mengapa melakukan aksi tersebut
Permasalahan yang saya uraikan pada latar
belakang diatas merupakan dilema etika dimana saya harus memilih apakah saya
harus melarang Saka untuk
membawa Handphone ke sekolah karena larangan sekolah( benar), atau saya
membiarkan Saka membawa Handphone ke sekolah untuk bisa menyelesaikan masalah
teknik terkait akun belajar yang belum bisa diaktifkan/diaktivasi ( benar ).
Dalam menyelesaikan maslah ini, saya mencoba berdialog dengan Saka melalaui
coaching untuk memperoleh beberapa informasi terkait penyebab maslah yang
dihadapi. Setelah itu baru saya akan coba menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan
9 langkah pengambilan keputusan terhadap masalah Saka. Saya memiliki alasan tersendiri mengapa
melakukan aksi ini, yaitu, Saka telah kelas 9, dia harus terus aktif dan
semangat belajar melalui platform yang disarankan sekolah, Saka juga tetap
harus mengikuti dan mematuhi ketrentuan sekolah terkait larangan membawa
handphone ke sekolah, saya ingin menjaga psikologi Saka yang diteriakin teman
satu kelas karena ketahuan melanggar aturan sekolah untuk tidak membawa hp ke
sekolah. LAtar belakang orang tua Saka yang sangat sibuk bekerja sehingga belum
memilki waktu luang untuk membantu Saka, membuat saya berinisiatif untuk membantu
menggantikan peran oarngtuanya agar Saka bisa segera bergabung dalam classroom
untuk belajar bersama semua temannya.
Gambar .2 Sesi Coaching
dengan Saka
Urwiyanti
3. Hasil
Aksi Nyata yang dilakukan
Berdasarkan hasil coaching dan obrolan singkat
saya dengan Saka, saya memperoleh informasi, bahwa Saka sejak kelas 8 belum
memilki akun belajar karena saat itu wali kelas lupa memberikannya, sudah ada
usaha Saka untuk meminta ulang dan mengkomunikasikan dengn wali kelas saat itu,
namun tetap tidak ada tindak lanjut. Orang tua Saka adalah pekerja yang kerja
sampai sore hari, sehingga kesempatan untuk membantu Saka menyelesaikan masalah
ini tidak ada. Saka menghubungi saya karena merasa bisa lebih nyaman untuk
bercerita dan berharap besar saya dapat menyelesaikan maslahnya untuk
memperoleh akun belajar seperti murid lainnya meskipun saat ini sudah kelas 9.
Selain itu orang tuanya hanya menyaranakan kepada Saka untuk meminta bantuan
kepada sekolah dengan tetap membawa handphone ke sekolah meskipun ada
laranagan, dengan harapan maslah Saka segera teratasi.
Selanjutnya aksi yang saya lakukan
setelah mendapatkan informasi yang cukup, sya menghubungi operator sekolah yang
memilki kewenangan mengelola akun belajar siswa dan guru. Saya jelaskan semua
masalah yang dimilki Saka, dan akhirnya hari itu Saka telah memilki akun
belajar, akun elajar telah di aktivasi dan Saka bisa langsung bergabung dalam
classroom semua mata pelajaran. Sementara di kelas Saka, saya menjelaskan
kepada siswa yang lain tentang maslah yang dialami Saka yang menyebabkan Saka
harus membawa handphone ke sekolah dan
melanggar kertentuan larangan membawa handphone yang ditetapkan sekolah.
Sementara untuk ketertinggalan Saka dalam beberapa mata pelajaran, saya
menyarankan Saka untuk mengkomunikasikan dengan guru mata pelajaran terkait dan
menceritakan duduk persoalanyang melatr belakangi.
Selanjutnya, penerapan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus ini;
a. Nilai-nilai yang
saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah nilai keadilan dan rasa
kasihan
b. Pihak yang
terlibat dalam situasi tersebut adalah Saka Urwiyanti siswa kelas 9 B, saya sendiri sebagai
orang yang sedang mengalami dilema etika
c. Fakta-fakta
yang relevan dengan situasi tersebut antara lain : Saka Urwiyanti tidak masuk dalam classroom
semua mata pelajaran, Saka sejak kelas 8 tidak memiliki akun belajar.id untuk
bisa bergabung dalam classroom, Saka membawa handphone saat aturan membawa handphone
mulai diterapkan lagi di sekolah, Saka merasa tertinggal pada beberapa mata
pelajaran.
d. Mari kita
lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
· Dalam situasi tersebut ada aspek pelanggaran
aturan sekolah yaitu Saka membawa handphone ke sekolah dan ini melanggar
ketentuan sekolah.
· Dalam
kasus tersebut tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi
· Berdasarkan
perasaan dan intuisi saya, dalam
kasus ini saya membela Saka di depan kelas untuk melindungi psikologinya yang
ditegur oleh teman-temannya karena dianggap telah melnggar atran membawa hp.
· Yang
saya rasakan bila keputusan saya dipublikasikan di halaman depan koran, maka
saya akan merasa tidak nyaman, karena bisa jadi ini akan membuat Saka makin pesimis dalam belajar
karena kecewa.
· Kemungkinan
keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya dalam situasi ini adalah sama
denga apa yang saya lakukan, yaitu membantu Saka untuk memperoleh akun belajar
yang setahun lebih belum dimiliki, dengan bantuan operator sekolah.
e. Paradigma
yang terjadi pada situasi dilema etika ini adalah paradigma rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy) yaitu apakah saya tetap memgijinkan Saka membawa HP ke seklah utnuk
dapat saya bantu memilki akun belajar ataukah saya tetap melarang Saka membawa
Handphone dan membiarakan dia belajar hanya melalui whattsapp saja.
f. Dari 3
prinsip penyelesaian dilema, Prinsip yang saya gunakan adalah prinsip Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
g. Ada sebuah
penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan
masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma) yaitu saya akan membantu aktivasi akun elajar Saka tanpa Saka
harus membawa handphone ke sekolah.
h. keputusan
yang akan saya ambil yaitu saya akan tetap membantu Saka mendapatkan akun belajarnya, meminta bantuan
operator sekolah sampai akun tersebut aktif digunakan untuk belajar.
i. Keputusan
yang saya buat sudah tepat karena rasa percaya dan kasihan saya pada Saka Urwiyanti yang memiliki semnagat dan
motivasi belajar sangat tinggi.
Hal yang saya rasakan setelah melaksanakan
rangkaian aksi nyata tersebut, saya merasa senang dan lega karena saya telah
memutuskan sesuatu dengan benar melalui menggali kebenaran yang terjadi pada Saka Urwiyanti melalui sesi coaching. Coaching sangat membantu saya untuk menuntun
Saka menemukan sendiri solusi yang diiginkan atas masalah yang dihadapi. Pengetahuan akan 4 paradigma pengambilan
keputusan, 9 langkah pengambilan keputusan dan 3 basis berpikir dalam membuat
keputusan sangat membatu saya dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Saya melakukan pengambilan
keputusan harus menggunakan paradigma apa, memilih prinsip pengambilan
keputusan yang bagaimana dan menentukan keputusan akhir dengan terlebih dahulu
melakukan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut.
C. Findings
Pelajaran berharga yang saya peroleh dari aksi
nyata yang telah saya lakukan bahwa sejatinya sebagai seorang guru, tugas dan
peran kita tidak hanya sebatas meneruskan atau mentransfer pengetahuan, tetapi
lebih jauh lagi sebagai seorang penuntun dan pemimpin dalam pembelajaran saya
harus dapat membantu murid saya untuk menyelesaikan masalah yang muncul dan
mengambil keputusan bijaksana atas setiap persoalan yang muncul, begitu pula
dengan rekan sejawat. Dalam menjalankan peran dan tugas sebagai pemimpin dalam
pembelajaran, guru harus dapat mengambil keputusan yang berpihak pada anak,
bijaksana dan tidak merugikan pihak manapun melalaui beberapa tahapan, dimulai
dari menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam melakukan
pengambilan keputusan. Dengan melakukan hal tersebut maka keputusan yang kita
ambil bisa tepat dan tidak merugikan siswa ataupun guru.
Rencana
aksi kedepan adalah saya akan menjalin komunikasi lebih intens lagi denagn
murid saya, sehingga murid tidak sungkan jika ingin mengutarakan masalah yang
dihadapi dan saya bisa dengan lebih baik dan bijaksana dalam membantu mengambil
keputusan dari masalah yang muncul. Saya juga akan menjalin komunikasi lebih
intensif dengan rekan guru sejawat sehingga masalah yang serupa seperti kasus Saka
tidak akan terjadi lagi. Begitu pula kepada siswa saya kan membuat kesepakatan
untuk sama sama kita laksanakan dengan sebaik baiknya.
Komentar
Posting Komentar